Bangun Sinergitas Umat, Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Gelar Serial Halakah Tematik
Jakarta“Warta-Terkini
Ukhuwah antar umat Islam merupakan perkara uṣūlī atau dasar, meskipun mereka berasal dari tempat yang berbeda, wilayah yang jauh, suku yang berbeda bahkan kebangsaan yang berbeda.
Untuk merawat spirit solidaritas Islam itu, Komisi Ukhuwah Islamiyah (KUI) MUI menggelar Serial Halakah Tematik dengan tema “Sinergi Ukhuwah untuk pemberdayaan umat di masa Pandemi Covid-19” pada Sabtu (10/4/2021) pagi.
Pertemuan yang digelar secara luring dan daring ini dihadiri oleh Ketua KUI MUI Drs. H. Adnan Harahap, Wakil Ketua KUI MUI Drs. Tasyrifin Karim dan Drs. H. Saiful Bahri, serta berbagai perwakilan organisasi-organisasi Islam dan para tokoh.
Dr. Drs. H. Juraidi, M.A, sebagai narasumber dalam acara ini menyampaikan tentang kebijakan pemerintah dalam memperkuat ukhuwah Islam.
Direktur Urusan Agama Islam Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik Indonesia itu, menyampaikan pentingnya memanajemen perbedaan.
Ia menyinyalir salah satu hal paling berbahaya yang melanda umat Islam belakangan ini adalah ketidakpiawaian dalam mengelola perbedaan dan ketidaksepakatan. Menurutnya, umat harus cerdas dalam mengelola perbedaan yang ada dalam tubuh umat Islam.
Selain itu, Juraidi juga meminta agar sesama umat Islam tidak saling mencela, bahkan mengkafirkan.
Perbedaan pendapat fikih yang muktabarah adalah salah satu hal yang wajar dalam khazanah Islam. Namun meskipun demikian, banyak orang belum bisa menerima perbedaan dalam semangat positif itu dengan berbagai alasan. Perbedaan yang ada sementinya untuk memperkuat hubungan ukhuwah, bukan malah menimbukan fanatisme, konflik dan pertikaian.
“Perbedeaan itu semestinya dikelola dengan baik, tidak saling menghina, atau saling mengkafirkan,” jelasnya alumni Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran Jakarta tahun 2014 itu.
Lebih lanjut, dari perbedaan muktabarah perihal urusan-urusan furū’iyyah di tubuh organisasi-organisasi Islam itu justru mencerminkan fenomena manusia yang positif dan beradab.
Manifestasi terpenting dari perbedaan dan keberagaman di tubuh umat ini adalah soal komitmen umat untuk menjaga etika dalam berbicara, menghindari fanatisme sempit, ejekan, marginalisasi, dan perbuatan tidak memperhatikan pendapat orang lain.
Juraidi menilai, perbedaan dan keberagaman yang ada dalam tubuh umat justru menjadi kekhususan tersendiri bagi umat Islam untuk saling bersinergi dan melengkapi.
“Keunggulan dari organisasi-organisasi itu justru menjadi kekayaan kita,” tegasnya.
Pertemuan ini kian menarik lantaran terdapat sesi tanya jawab dan sharing seputar materi yang telah disampaikan oleh narasumber. (MTAK)(@*red